Monday, June 8, 2009

Dialog Ke-TUHAN-an : 36

DimasRangga said...

Terima Kasih sebelumnya karena sudah menjadikan blog ini sebagai blog Favorit Anda…

Manusia memiliki beberapa fase/POS yaitu: Fase Alam Penciptaan, Fase Alam Kandungan, Fase Alam Dunia, Fase Alam Kubur, dan Fase Alam Akhirat yang akan menentukan apakah dia masuk Syurga atau Neraka.

Manusia harus dihormati baik dari segi fisiknya (memakai jilbab atau menutup aurat, dihormati diri dan keluarganya, dll) maupun dari segi mental/jiwanya (Diajari ilmu pengetahuan ex:Agama, pengetahuan alam, dll). Ketika sudah matipun harus tetap dijaga kehormatannya, sebagai orang muslim maka dari segi kerohanian wajib kita untuk menyolatinya dengan sholat jenazah dan secara fisik wajib bagi kita untuk memandikannya (kecuali mati syahid tidak dimandikan. Jika mati perang maka biarkan apa adanya dengan pakaian-pakaiannya hny disholati saja, dibiarkan sj agar darahnya mujahid itu menjadi saksi dialam setelah dunia ini dan masuk syurga tanpa hisab sedikitpun).

Islam tidak mengenal Pembakaran Mayat atau Kremasi. Mayat seorang muslim harus dikubur dengan tanah.
Dalam surah Thaha :55 Allah berfirman:
"Dari bumi (tanah) itulah Kami menjadikan kamu dan kepadanya Kami akan mengembalikan kamu dan daripadanya Kami akan mengeluarkan kamu pada kali yang lain".

Rasulullah s.a.w juga mengajarkan umatnya mengubur muslim yang meninggal. Kemudian ajaran Islam memerintahkan penghormatan bani Adam baik semasa hidup atau setelah mati. Dalam al-Qur;an dikatakan "Dan AKu telah memuliakan bani Adam" (al-Isra' :70). Ini menunjukkan bahwa jasad bani Adam yang meninggal harus tidak boleh dihancurkan jasadnya atau dibakar, karena bertentangan dengan gagasan penghormatan ini. Dalam sebuah hadist riwayat Jabir: "Suatu hari kami menghadiri jenazah bersama Rasulullah s.a.w. lalu beliau duduk di tepi kuburan, kami pun duduk bersama beliau, tiba-tiba penggali kubur mengeluarkan tulang dari galiannya dan ingin mematahkannya namun dilarang oleh Rasulullah "Jangan kau patahkan tulang itu, karena mematahkan tulang orang yang telah mati sama dengan mematahkannya pada waktu hidup. Sisipkanlah di samping kuburan itu". (H.R. Malik, Ibnu Majah, Abu Dawud dll.). Bila kita dilarang menyakiti atau melukai manusia semasa hidup, demikian juga setelah ia meninggal. Membakarnya tentu lebih menyakitkan dibanding dengan sekedar melukai. Andaikan seorang muslim berwasiat agar ketika meninggal dikremasi, wasiatnya batal dan tidak boleh dilaksanakan.


Untuk mengetahui hukum Islam dalam tata cara penguburan, mari kita sama-sama menelusuri sejarah Nenek Moyang kita yaitu Nabi Adam-Siti Hawa beserta anak-anaknya.


SEJARAH HABIL dan QABIEL

Tatacara hidup suami isteri Adam dan Hawa di bumi mulai tertib dan sempurna tatkala Hawa bersedia untuk melahirkan anak-anaknya yang akan menjadi benih pertama bagi umat manusia di dunia ini.

Siti Hawa melahirkan kembar dua pasang. Pertama lahirlah pasangan Qabiel dan adik perempuannya yang diberi nama “Iqlima”, kemudian menyusul pasangan kembar kedua Habiel dan adik perempuannya yang diberi nama “Lubuda”.
Kedua orang tua, Nabi Adam dan Siti Hawa, menerima kelahiran keempat putera puterinya itu dengan senang dan gembira, walaupun Hawa telah menderita apa yang lumrahnya dideritai oleh setiap ibu yang melahirkan bayinya. Mereka mengharapkan dari keempat anak pertamanya ini akan menurunkan anak cucu yang akan berkembang biak untuk mengisi bumi Allah dan menguasai sesuai dengan amanat yang telah dibebankan keatas bahunya.

Di bawah naungan ayah ibunya yang penuh cinta dan kasih sayang maka membesarlah keempat-empat anak itu dengan cepatnya melalui masa kanak-kanak dan menginjak masa remaja.Yang perempuan sesuai dengan qudrat dan fitrahnya menolong ibunya mengurus rumahtangga dan mengurus hal-hal yang menjadi tugas wanita, sedang yang laki-laki menempuhi jalannya sendiri mencari nafkah untuk memenuhi keperluan hidupnya. Qabiel berusaha dalam bidang pertanian sedangkan Habiel dibidang perternakan.

Penghidupan sehari-hari keluarga Adam dan Hawa berjalan tertib sempurna diliputi rasa kasih sayang saling cinta menyintai hormat menghormati masing-masing meletakkan dirinya dalam kedudukkan yang wajar si ayah terhadap isterinya dan putera-puterinya, si isteri terhadap suami dan anak-anaknya. Demikianlah pula pergaulan di antara keempat bersaudara berlaku dalam harmoni damai dan tenang saling bantu membantu hormat menghormati dan bergotong-royong.


Keempat Anak Adam Memasuki Alam Remaja.

Keempat putera-puteri Adam mencapai usia remaja dan mamasuki alam akil baligh di mana nafsu berahi dan syahwat serta hajat kepada hubungan kelamin makin hari makin nyata dan nampak pada gaya dan sikap mereka hal mana menjadi pemikiran kedua orang tuanya dengan cara bagaimana menyalurkan nasfu berahi dan syahwat itu agar terjaga kemurnian keturunan dan menghindari hubungan kelamin yang bebas di antara putera-puterinya.

Kepada Nabi Adam Allah memberi ilham dan petunjuk agar kedua puteranya dikahwinkan dengan puterinya.Qabiel dikahwinkan dengan adik habiel yang bernama Lubuda dan Habiel dengan adik Qabiel yang bernama Iqlima. (Untuk berkawin silang yang bukan lahir kembarnya, dan menurut ilmu kedokteran ternyata untuk menghindari terjadinya penyakit, kelainan, dll. Itulah mengapa Islam tidak boleh mengawini dari saudara kita yang dekat, sedang sewaktu Nabi Adam tidak ada pilihan lagi karena waktu itu cuma ada 2 pasangan yang lahir kembar, maka diharuskan nikah yang bukan lahir diwaktu yang sama – dikawin silangkan – ilmu kedokteran sudah membuktikan keindahan wajah Islam ini)

Cara yang telah diilhami oleh Allah s.w.t. kepada Nabi Adam telah disampaikan kepada kedua puteranya sebagai keputusan si ayah yang harus dipatuhi dan segera dilaksanakan untuk menjaga dan mengekalkan suasana damai dan tenang yang meliputi keluarga dan rumahtangga mereka. Akan tetapi dengan tanpa diduga dan disangka rancangan yang diputuskan itu ditolak mentah-mentah oleh Qabiel dan menyatakan bahawa ia tidak mau mengawini Lubuda, adik Habiel dengan mengemukakan alasan bahawa Lubuda adalah buruk dan tidak secantik adiknya sendiri Iqlima. Ia berpendapat bahawa ia lebih patut mempersunting adiknya sendiri Iqlima sebagai isteri dan sekali-kali tidak rela menyerahkannya untuk dikawinkan oleh Habiel. Dan memang demikianlah kecantikan dan keelokan paras wanita selalu menjadi fitnah dan rebutan lelaki yang kadang-kadang menjurus kepada pertentangan dan permusuhan yang sampai mengakibatkan hilangnya nyawa dan timbulnya rasa dendam dan dengki diantara sesama keluarga dan sesama suku.

Karena Qabiel tetap berkeras kepala tidak mau menerima keputusan ayahnya dan meminta supaya dikawinkan dengan adik kembarnya sendiri Iqlima maka Nabi Adam seraya menghindari penggunaan kekerasan atau paksaan yang dapat menimbulkan perpecahan di antara saudara serta mengganggu suasana damai yang meliputi keluarga beliau secara bijaksana mengusulkan agar menyerahkan masalah perjodohan itu kepada Tuhan untuk menentukannya. Caranya ialah bahwa masing-masing dari Qabiel dan Habiel harus menyerahkan qurban kepada Tuhan dengan catatan bahawa barangsiapa di antara kedua saudara itu diterima qurbannya ialah yang berhak menentukan pilihan jodohnya.

Qabiel dan Habiel menerima baik jalan penyelesaian yang ditawarkan oleh ayahnya. Habiel keluar dan kembali membawa peliharaannya sedangkan Qabiel datang dengan sekarung gandum yang dipilih dari hasil cocok tanamnya yang rusak dan busuk kemudian diletakkan kedua qurban itu. Kambing Habiel dan gandum Qabiel diatas sebuah bukit lalu pergilah keduanya menyaksikan dari jauh apa yang akan terjadi atas dua jenis qurban itu.

Kemudian dengan disaksikan oleh seluruh anggota keluarga Adam yang menanti dengan hati berdebar apa yang akan terjadi di atas bukit dimana kedua qurban itu diletakkan, terlihatlah api besar yang turun dari langit menyambar kambing binatang qurbannya Habiel yang seketika itu musnah termakan oleh api sedang karung gandum kepunyaan Qabiel tidak tersentuh sedikit pun oleh api dan tetap tinggal utuh.

Maka dengan demikian keluarlah Habiel sebagai pemenang dalam pertaruhan itu karena qurbannya kambing telah diterima oleh Allah sehingga dialah yang mendapat keutamaan untuk memilih siapakah di antara kedua gadis saudaranya itu yang akan dipersuntingkan menjadi isterinya.


Pembunuhan Pertama Dalam Sejarah Manusia.

Dengan telah jatuhnya keputusan dari langit yang menerima qurban Habiel dan menolak qurban Qabiel maka pudarlah harapan Qabiel untuk mempersuntingkan Iqlima. Ia tidak puas dengan keputusan itu namun tidak ada jalan untuk menolaknya. Ia menyerah dan menerimanya dengan rasa kesal dan marah sambil menaruh dendam terhadap Habiel yang akan dibunuhnya di kala ketiadaan ayahnya.

Ketika Adam hendak berpergian dan meninggalkan rumah beliau mengamanahkan rumahtangga dan keluarga kepada Qabiel. Ia berpesan kepadanya agar menjaga baik-baik ibu dan saudara-saudaranya selama ketiadaannya. Ia berpesan pula agar kerukunan keluarga dan ketenangan rumahtangga terpelihara baik-baik jangan sampai terjadi hal-hal yang mengeruhkan suasana atau merusakkan hubungan kekeluargaan yang sudah akrab dan intim.
Qabiel menerima pesanan dan amanat ayahnya dengan kesanggupan akan berusaha sekuat tenaga menyelenggarakan amanat ayahnya dengan sebaik-baiknya dan sesempurna berpergiannya akan mendapat segala sesuatu dalam keadaan baik dan menyenangkan. Demikianlah kata-kata dan janji yang keluar dari mulut Qabiel namun dalam hatinya ia berkata bahawa ia telah diberi kesempatan yang baik untuk melaksanakan niat jahatnya dan melepaskan rasa dendamnya dan dengkinya terhadap Habiel saudaranya.

Tidak lama setelah Adam meninggalkan keluarganya datanglah Qabiel menemui Habiel di tempat peternakannya. Berkata ia kepada Habiel: ”Aku datang ke mari untuk membunuhmu. Masanya telah tiba untuk aku lenyapkan engkau dari atas bumi ini.”
“Apa salahku?” tanya Habiel. Dengan asalan apakah engkau hendak membunuhku?”
Qabiel berkata: ”Ialah karena qurbanmu diterima oleh Allah sedangkan qurbanku ditolak yang berarti bahawa engkau akan mengawini adikku Iqlima yang cantik dan molek itu dan aku harus mengawini adikmu yang buruk dan tidak mempunyai gaya yang menarik itu.”
Habiel berkata: ”Adakah berdosa aku bahwa Allah telah menerima qurbanku dan menolak qurbanmu? Tidakkah engkau telah bersetuju cara penyelesaian yang diusulkan oleh ayah sebagaimana telah kami laksanakan?Janganlah tergesa-gesa wahai saudaraku, mempertaruhkan hawa nasfu dan ajakan syaitan! Kawalah perasaanmu dan fikirlah masak-masak akan akibat perbuatanmu kelak! Ketahuilah bahwa Allah hanya menerima qurban dari orang-orang yang bertakwa yang menyerahkan dengan tulus ikhlas dari hati yang suci dan niat yang murni. Adakah mungkin sesekali bahwa qurban yang engkau serahkan itu engkau pilihkannya dari gandummu yang telah rusak dan busuk dan engkau berikan secara terpaksa bertentangan dengan kehendak hatimu, sehingga ditolak oleh Allah, berlainan dengan kambing yang aku serahkan sebagai korban yang sengaja aku pilihkan dari perternakanku yang paling sehat dan kucintai dan ku serahkannya dengan tulus ikhlas disertai permohonan diterimanya oleh Allah.

Renungkanlah, wahai saudaraku kata-kataku ini dan buangkanlah niat jahatmu yang telah dibisikkan kepadamu oleh Iblis itu, musuh yang telah menyebabkan turunnya ayah dan ibu dari syurga dan ketahuilah bahawa jika engkau tetap berkeras kepala hendak membunuhku, tidaklah akan aku angkat tanganku untuk membalasmu karena aku takut kepada Allah dan tidak akan melakukan sesuatu yang tidak diridhoinya. Aku hanya berserah diri kepada-Nya dan kepada apa yang akan ditakdirkan bagi diriku.”

Nasihat dan kata-kata mutiara Habiel itu didengar oleh Qabiel namun masuk telinga kanan keluar telinga kiri dan sekali-kali tidak sampai menyentuh lubuk hatinya yang penuh rasa dengki, dendam dan iri hati sehingga tidak ada tempat lagi bagi rasa damai, cinta dan kasih sayang kepada saudara sekandungnya. Qabiel yang dikendalikan oleh Iblis tidak diberinya kesempatan untuk menoleh kebelakang mempertimbangkan kembali tindakan jahat yang dirancangkan terhadap saudaranya, bahkan bila api dendam dan dengki didalam dadanya mulai akan padam dikipasinya kembali oleh Iblis agar tetap menyala-nyala dan ketika Qabiel bingung tidak tahu bagaimana ia harus membunuh Habiel saudaranya, menjelmalah Iblis dengan seekor burung yang dipukul kepalanya dengan batu sampai mati. Contoh yang diberikan oleh Iblis itu diterapkannya atas diri Habiel di kala ia tidur dengan nyenyaknya dan jatuhlah Habiel sebagai kurban keganasan saudara kandungnya sendiri dan sebagai kurban pembunuhan pertama dalam sejarah manusia


Penguburan Jenazah Habiel

Qabiel merasa gelisah dan bingung menghadapi mayat saudaranya. ia tidak tahu apa yang harus diperbuat dengan tubuh saudaranya yang semakin lama semakin busuk itu. Diletakkannyalah tubuh itu di sebuah peti yang dipikulnya seraya mondar-mandir oleh Qabiel dalam keadaan sedih melihat burung-burung sedang berterbangan hendak menyerbu tubuh jenazah Habiel yang sudah busuk itu.

kebingungan dan kesedihan Qabiel tidak berlangsung lama karena ditolong oleh suatu contoh yang diberikan oleh Tuhan kepadanya sebagaimana ia harus menguburkan jenazah saudaranya itu. Allah s.w.t. Yang Maha Pengasih lagi Maha Bijaksana, tidak rela melihat mayat hamba-Nya yang soleh dan tidak berdosa itu tersia-sia demikian rupa, maka dipertujukanlah kepada Qabiel, bagaimana seekor burung gagak menggali tanah dengan kaki dan paruhnya, lalu menyodokkan gagak lain yang sudah mati dalam pertarungan, ke dalam lubang yang telah digalinya, dan menutupi kembali dengan tanah. Melihat contoh dan pengajaran yang diberikan oleh burung gagak itu, termenunglah Qabiel sejenak lalu berkata pada dirinya sendiri: ”Alangkah bodohnya aku, tidakkah aku dapat berbuat seperti burung gagak itu dan mengikuti caranya menguburkan mayat saudaraku ini?”

Kemudian kembalilah Adam dari perjalanan jauhnya. Ia tidak melihat Habiel di antara putera-puterinya yang sedang berkumpul. Bertanyalah ia kepada Qabiel: ”Di manakah Habiel berada? Aku tidak melihatnya sejak aku pulang.”
Qabiel menjawab:”Entah, aku tidak tahu dia ke mana! Aku bukan hamba Habiel yang harus mengikutinya ke mana saja ia pergi.”

Melihat sikap yang angkuh dan jawaban yang kasar dari Qabiel, Adam dapat menerka bahwa telah terjadi sesuatu ke atas diri Habiel, puteranya yang soleh, bertakwa dan berbakti terhadap kedua orang tuanya itu. Pada akhirnya terbukti bahwa Habiel telah mati dibunuh oleh Qabiel sewaktu peninggalannya. Ia sangat sesal di atas perbuatan Qabiel yang kejam dan ganas itu di mana rasa persaudaraan, ikatan darah dan hubungan keluarga diketepikan sekedar untuk memenuhi hawa nafsu dan bisikan yang menyesatkan.
Menghadapi musibah itu, Nabi Adam hanya berpasrah kepada Allah menerimanya sebagai takdir dan kehendak-Nya seraya mohon dikaruniai kesabaran dan keteguhan iman baginya dan kesadaran bertaubat dan beristighfar bagi puteranya Qabiel.


Kisah Qabiel dan Habiel Dalam Al-Quran.

Al-Quran mengisahkan cerita kedua putera Nabi Adam ini dalam surah ”Al-Maaidah” ayat 27 sehingga ayat 31.


Pengajaran Dari Kisah Putera Nabi Adam A.S.:

Bahwasanya Allah s.w.t. hanya menerima qurban dari seseorang yang menyerahkannya dengan tulus dan ikhlas, tidak dicampuri dengan sifat riya, takabur atau ingin dipuji. Barang atau binatang yang diqurbankan harus yang masih baik dan sempurna dan dikeluarkannya dari harta dan penghasilan yang halal. Jika qurban itu berupa binatang sembelihan, harus yang sehat, tidak mengandungi penyakit atau pun cacat, dan jika berupa bahan makanan harus yang masih segar baik dan belum rusak atau busuk.

Bahwasanya penyelesaian jenazah manusia yang terbaik adalah dengan cara penguburan sebagaimana telah diajarkan oleh Allah kepada Qabiel. itulah cara paling sesuai dengan martabat manusia sebagai makhluk yang dimuliakan dan diberi kelebihan oleh Allah di atas makhluk-makhluk lainnya, menurut firman Allah dalam surah “Al-Isra” ayat 70 yang bererti ; “Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam. Kami angkut mereka di daratan dan di lautan. Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.”



Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut
yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, maka diterima salah
seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain(Qabil). Ia
berkata (Qabil):"Aku pasti membunuhmu!". Berkata Habil:"Sesungguhnya Allah
hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertaqwa". (QS. 5:27)

Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku
sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu.
Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam". (QS. 5:28)

Sesungguhnya aku ingin agar kamu kembali dengan (membawa) dosa (membunuh) ku
dan dosamu sendiri, maka kamu akan menjadi penghuni nereka, dan yang demikian
itulah pembalasan bagi orang-orang yang zalim".
(QS. 5:29)

Maka hawa nafsu Qabil menjadikannya menganggap mudah membunuh saudaranya,
sebab itu dibunuhnyalah, maka jadilah ia seorang diantara orang-orang yang
merugi. (QS. 5:30)

Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk
memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana dia seharusnya menguburkan mayat
saudaranya. Berkata Qabil:"Aduhai celaka aku, mengapa aku tidak mampu berbuat
seperti burung gagak ini lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini" Karena
itu jadilah dia seorang di antara orang-orang yang menyesal. (QS. 5:31)


Wassalam.

April 30, 2009 12:45 AM

MamaAL said...

Terima kasih mas Dimas atas jawabannya yang memuaskan.Saya adalah wanita yang haus dengan ilmu ttg agama terutama Islam. Nanti kalau saya ada pertanyaan lain,mohon bantuannya mas Dimas lagi yah..
Trims.

May 4, 2009 1:05 AM

DimasRangga said...

insya Allah semampu saya..thanks

May 4, 2009 3:19 AM

No comments: