Monday, June 8, 2009

Dialog Ke-TUHAN-an : 31

Anonymous said...

Kambing hitamnya adalah freemasonry pelakunya adalah agama

Humanisme paling buruk adalah agama itu sendiri, yang mengatasnamakan TUHAN sebagai pembenaran tindakan kekerasan

Islam, Yahudi, Kristen, Buddha, Hindu dan semua agama, semua bertahan karena konflik dan darah

Pada akhirnya kita hanya mempertahankan eksistensi, perjuangan mengorbankan domba-domba lain

Yang kristen meruntuhkan masjid untuk simpanan perpuluhan, yang islam menleburkan gereja untuk wudhu

kebiadaban yang satu digantikan kebiadaban yang lain

Semua ingin menjadi wakil TUHAN!

Gila!

April 14, 2009 7:51 PM

DimasRangga said...

JAWABAN:

Sebagaimana dapat kita lihat, humanisme identik dengan ateisme, dan fakta ini dengan bebas diakui oleh kaum humanis.

Jika Orang sudah memiliki keyakinan bahwa hidup ini hanya sekali saja dan tidak ada kehidupan lagi setelah kehidupan didunia ini (tidak ada pertanggung-jawaban akhirat)? Coba tebak apa yang akan dilakukan mereka?

Inilah hasil ideology sesat itu:

“ – Pumpung masih HIDUP tidak ada waktu yang saya akan sia-siakan, tidak ada yang bisa yang menghalang-halangi saya untuk berbuat apapun untuk melampiaskan dan mengumbar nafsu saya, pumpung masih hidup saya puaskan hidup ini. Tiap DETIK tiap MENIT tiap JAM tiap HARI tiap MINGGU tiap BULAN tiap TAHUN, karena jika sudah mati maka saya tidak bisa melakukannya lagi, maka saya RUGI. Jadi HIDUP adalah kesempatan yang besar untuk berbuat apapun yang mengenakan dan menguntungkan diri saya, entah itu dosa ataupun tidak – “

Hasilnya jika diaplikasikan ideology ini disekitar kita?

Sangat mengerikan ya AKHII ya UKHTII, Anda mau hidup berdampingan dengan orang yang memiliki ideology semacam ini?

Yang tidak takut dengan dosa apapun Karena bagi mereka jika sudah mati ya mati, tidak ada pertanggungan jawab apapun diakherat kelak.

Klaim keliru bahwa keyakinan religius merupakan faktor yang menghambat manusia dari perkembangan dan membawanya kepada konflik telah digugurkan oleh pengalaman sejarah. Kaum humanis telah mengklaim bahwa penyingkiran kepercayaan religius akan membuat manusia bahagia dan tenteram, namun, yang terbukti justru sebaliknya.

Enam tahun setelah Manifesto Humanis dipublikasikan, Perang Dunia II meletus, sebuah catatan malapetaka yang dibawa ke dunia oleh ideologi fasis yang sekuler. Ideologi humanis lainnya, komunisme, mendatangkan kekejaman yang tak terperi, pertama terhadap bangsa Uni Soviet, kemudian Cina, Kamboja, Vietnam, Korea Utara, Kuba, dan berbagai negara Afrika dan Amerika Latin. Sebanyak 120 juta manusia terbunuh oleh rezim atau organisasi komunis. Juga telah jelas bahwa merek humanisme Barat (sistem kapitalis) tidak berhasil membawa kedamaian dan kebahagiaan kepada masyarakat mereka sendiri ataupun kepada wilayah-wilayah lain di dunia.

Sebuah contoh yang mengguncangkan tentang hal ini adalah revolusi besar Prancis pada tahun 1789. Kaum Mason, yang menggerakkan revolusi tersebut, maju dengan slogan-slogan yang meneriakkan cita-cita moral berupa “kemerdekaan, kesetaraan, dan persaudaraan”. Namun, ratusan ribu orang yang tak bersalah dikirim ke guillotine, dan negeri berkubang darah. Bahkan para pemimpin revolusi sendiri tidak dapat melarikan diri dari kekejaman ini, dan dikirim ke guillotine, satu per satu.

Pada abad kesembilan belas, sosialisme lahir dari gagasan tentang kemungkinan moralitas tanpa agama, dan membawa malapetaka yang jauh lebih dahsyat. Sosialisme menurut dugaan menuntut sebuah masyarakat yang sama rata, adil, tanpa eksploitasi dan, pada akhirnya, mengajukan penghapusan agama. Namun, pada abad kedua puluh, ia membawa manusia kepada kesengsaraan yang mengerikan di tempat-tempat seperti Uni Soviet, Blok Timur, China, Indochina, beberapa negara di Afrika dan Amerika Tengah. Rezim-rezim komunis membunuh tak terhitung banyaknya manusia; jumlah totalnya mendekati 120 juta jiwa. Apalagi, berlawanan dengan apa yang diklaimkan, keadilan dan kesetaraan tidak pernah terwujud di rezim komunis mana pun; para pemimpin komunis yang bertanggung jawab atas negara terdiri dari segolongan kaum elit. (Dalam buku klasiknya, The New Class, pemikir Yugoslavia Milovan Djilas, menjelaskan bahwa para pemimpin komunis, yang dikenal sebagai “nomenklatur” membentuk sebuah “golongan dengan hak-hak istimewa” yang bertentangan dengan klaim-klaim sosialisme.)

”Humanisme" dipandang sebagai sebuah gagasan positif oleh kebanyakan orang. Humanisme mengingatkan kita akan gagasan-gagasan seperti kecintaan akan peri kemanusiaan, perdamaian, dan persaudaraan. Tetapi, makna filosofis dari humanisme jauh lebih signifikan: humanisme adalah cara berpikir bahwa mengemukakan konsep peri kemanusiaan sebagai fokus dan satu-satunya tujuan. Dengan kata lain, humanisme mengajak manusia berpaling dari Tuhan yang menciptakan mereka, dan hanya mementingkan keberadaan dan identitas mereka sendiri. Kamus umum mendefinisikan humanisme sebagai "sebuah sistem pemikiran yang berdasarkan pada berbagai nilai, karakteristik, dan tindak tanduk yang dipercaya terbaik bagi manusia, bukannya pada otoritas supernatural mana pun"

(Singkatnya) humanisme meyakini bahwa alam… merupakan jumlah total dari realitas, bahwa materi-energi dan bukan pikiran yang merupakan bahan pembentuk alam semesta, dan bahwa entitas supernatural sama sekali tidak ada. Ketidaknyataan supernatural ini pada tingkat manusia berarti bahwa manusia tidak memiliki jiwa supernatural dan abadi; dan pada tingkat alam semesta sebagai keseluruhan, bahwa kosmos kita tidak memiliki Tuhan yang supernatural dan abadi.

Jika kita pelajari manifesto-manifesto itu, kita menemukan satu pondasi dasar pada masing-masingnya: dogma ateis bahwa alam semesta dan manusia tidak diciptakan tetapi ada secara bebas, bahwa manusia tidak bertanggung jawab kepada otoritas lain apa pun selain dirinya, dan bahwa kepercayaan kepada Tuhan menghambat perkembangan pribadi dan masyarakat.

Misalnya, enam pasal pertama dari Manifesto Humanis adalah sebagai berikut:

Pertama: Humanis religius memandang alam semesta ada dengan sendirinya dan tidak diciptakan.

Kedua: Humanisme percaya bahwa manusia adalah bagian dari alam dan bahwa dia muncul sebagai hasil dari proses yang berkelanjutan.

Ketiga: Dengan memegang pandangan hidup organik, humanis menemukan bahwa dualisme tradisional tentang pikiran dan jasad harus ditolak.

Keempat: Humanisme mengakui bahwa budaya religius dan peradaban manusia, sebagaimana digambarkan dengan jelas oleh antropologi dan sejarah, merupakan produk dari suatu perkembangan bertahap karena interaksinya dengan lingkungan alam dan warisan sosialnya. Individu yang lahir di dalam suatu budaya tertentu sebagian besar dibentuk oleh budaya tersebut.

Kelima: Humanisme menyatakan bahwa sifat alam semesta digambarkan oleh sains modern membuat jaminan supernatural atau kosmik apa pun bagi nilai-nilai manusia tidak dapat diterima…

Keenam: Kita yakin bahwa waktu telah berlalu bagi teisme, deisme, modernisme, dan beberapa macam “pemikiran baru”.

Pada pasal-pasal di atas, kita melihat ekspresi dari sebuah filsafat umum yang mewujudkan dirinya di bawah nama materialisme, Darwinisme, ateisme, dan agnotisisme.

Pada pasal pertama, dogma materialis tentang keberadaan abadi alam semesta dikemukakan.

Pasal kedua menyatakan, sebagaimana dinyatakan teori evolusi, bahwa manusia tidak diciptakan.

Pasal ketiga menyangkal keberadaan jiwa manusia dengan mengklaim bahwa manusia terbentuk dari materi.

Pasal keempat mengajukan sebuah “evolusi budaya” dan menyangkal keberadaan sifat manusia yang sudah ditakdirkan oleh Tuhan (sifat istimewa manusia yang diberikan pada penciptaan).

Pasal kelima menolak kekuasaan Tuhan atas alam semesta dan manusia, dan yang keenam menyatakan bahwa telah tiba waktunya untuk menolak "teisme", yakni kepercayaan pada Tuhan.

Akan teramati bahwa klaim-klaim ini adalah gagasan stereotip, khas dari kalangan yang memusuhi agama sejati. Alasannya adalah bahwa humanisme adalah pondasi utama dari perasaan antiagama. Ini karena humanisme adalah ekspresi dari “manusia merasa bahwa dia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggungjawaban)”, yang merupakan dasar utama bagi pengingkaran terhadap Tuhan, sepanjang sejarah. Dalam salah satu ayat Al Quran, Allah berfirman:

Apakah manusia mengira, bahwa

ia akan dibiarkan begitu saja

(tanpa pertanggungjawaban)?

Bukankah dia dahulu setetes

mani yang ditumpahkan (ke dalam rahim),

kemudian mani itu menjadi

segumpal darah, lalu Allah

menciptakannya, dan

menyempurnakannya,

lalu Allah menjadikan

daripadanya sepasang: laki-laki

dan perempuan.

Bukankah (Allah) yang berbuat

demikian berkuasa (pula)

menghidupkan orang mati?

(QS. Al Qiyaamah, 75: 36-40)

Allah berfirman bahwa manusia tidak akan “dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggungjawaban)”, dan segera mengingatkan bahwa mereka adalah ciptaan-Nya. Sebab, begitu menyadari bahwa dirinya adalah ciptaan Allah, seseorang akan memahami bahwa dia bukannya “tanpa pertanggungjawaban”, tetapi bertanggung jawab kepada Allah.

Karena inilah, klaim bahwa manusia tidak diciptakan telah menjadi doktrin dasar filsafat humanis. Dua pasal pertama dari Manifesto Humanis pertama mengungkapkan doktrin ini.

Lebih jauh lagi, kaum humanis berpendapat bahwa sains mendukung klaim ini.
Namun, mereka keliru. Sejak Manifesto Humanis pertama dipublikasikan, kedua premis yang dikemukakan kaum humanis sebagai fakta ilmiah tentang gagasan bahwa alam semesta abadi dan teori evolusi, telah runtuh:

1. Gagasan bahwa alam semesta adalah abadi digugurkan oleh serangkaian penemuan astronomis yang dilakukan ketika Manifesto Humanis pertama tengah ditulis. Penemuan seperti fakta bahwa alam semesta tengah berkembang, dari radiasi latar kosmis dan kalkulasi rasio hidrogen atas helium, telah menunjukkan bahwa alam semesta memiliki permulaan, dan muncul dari ketiadaan sekitar 15-17 miliar tahun yang lalu dalam sebuah ledakan yang dinamai "Dentuman Besar". Walaupun mereka yang mendukung filsafat humanis dan materialis tidak rela menerima teori Dentuman Besar, mereka akhirnya dikalahkan. Sebagai hasil dari bukti ilmiah yang telah diketahui, komunitas ilmiah akhirnya menerima teori Dentuman Besar, yakni bahwa alam semesta memiliki permulaan, dan karenanya kaum humanisme tidak dapat membantah lagi. Demikianlah pemikir ateis Anthony Flew terpaksa mengakui:
… karenanya saya mulai mengakui bahwa ateis Stratonisian telah dipermalukan oleh konsensus kosmologis kontemporer. Karena tampaknya para ahli kosmologi memberikan bukti ilmiah tentang apa yang oleh menurut St. Thomas tak dapat dibuktikan secara filosofis; yakni bahwa alam semesta memiliki permulaan….

2. Teori evolusi, pembenaran ilmiah terpenting di balik Manifesto Humanis pertama, mulai kehilangan pijakan satu dekade setelah Manifesto itu ditulis. Saat ini diketahui bahwa skenario yang dikemukakan sebagai asal usul kehidupan oleh kaum evolusionis ateis (dan tak diragukan, humanis), seperti oleh A.I. Oparin dan J.B.S. Haldane pada tahun 1930, tidak memiliki keabsahan ilmiah; makhluk hidup tidak dapat diturunkan secara spontan dari materi tak-hidup sebagaimana diajukan oleh skenario ini. Catatan fosil menunjukkan bahwa makhluk hidup tidak berkembang melalui sebuah proses perubahan kecil yang kumulatif, tetapi muncul secara tiba-tiba dengan berbagai karakteristik yang berbeda, dan fakta ini telah diterima oleh para ahli paleontologi evolusionis sendiri sejak 1970-an. Biologi modern telah menunjukkan bahwa makhluk hidup bukanlah hasil dari kebetulan dan hukum alam, tetapi bahwa pada setiap sistem kompleks dari organisme yang menunjukkan sebuah perancangan cerdas terdapat bukti bagi penciptaan. (Untuk lebih detail baca Harun Yahya, Darwinisme Terbantahkan: Bagaimana Teori Evolusi Runtuh di Hadapan Ilmu Pengetahuan Modern)

Wassalam

April 17, 2009 1:24 AM

Dewi Prasetyo said...

Assalammualaikum Wr.Wb

Sebelumnya saya ingin mengucapkan banyak terima kasih atas jawaban pertanyaan saya kepada Om dimas, saya sangat puas dengan penjabaran yang panjang lebar dan alhasil Alhamdulillah saya jadi mengerti.

Dan kali ini, saya ingin menanyakan pertanyaan yang berbeda dari pada yang lain, dan seperti biasa, mudah-mudahan Om DImas dapat menjawabnya.

Pertanyaan saya kali ini :

1. Apakah Benar segitiga bermuda itu benar-benar ada?
2. Kenapa Bencana yang terjadi di sekitar segita bermuda selalu berulang-ulang kali?
3.Bagaimana dari sudut pandang Islam menanggapinya?

Insya Allah Om Dimas bisa menjawabnya yah,mohon maaf kalau ada perkataan saya yang salah.

Semoga Om Dimas selalu dilindungi oleh Allah S.W.T dan selalu diberi rejeki yang berlimpah serta kesehatan. Amien

Allahuakbar,Allahuakbar,Allahuakbar !!!

Wassalammualaikum Wr.Wb

April 19, 2009 12:02 AM

DimasRangga said...

Wa’alaikumussalam Wr. Wb. Yaa Ukhtii……

Dewi Prasetyo said:
1. Apakah Benar segitiga bermuda itu benar-benar ada?

JAWABAN:

1.Tempat/kawasan Bermuda ini secara fisik benar-benar ada. Segitiga Bermuda - Bermuda Triangle letaknya di antara perairan Florida, Amerika Syrikat - Puerto Rico, Mexico - dan kepulauan Bermuda di lautan Atlantik dan Segitiga Naga - Dragon’s Triangle (atau dikenali juga sebagai Laut Syaitan) yang letaknya diperairan Jepang yaitu kepulauan Miyake, Lautan Pasifik, 100 km dari Tokyo. Dan segitiga ini berhampiran dengan satu lagi segitiga yang hebat sebagaimana Segitiga Bermuda yaitu Segitiga Formosa yang berada di kepulauan Formosa, Taiwan.

April 19, 2009 10:15 PM

No comments: