Baru-baru ini, Internasional Crisis Gorup (ICG) yang berpusat di Brussels mengeluarkan laporan tentang kekhawatiran mereka terhadap meningkatnya pengaruh kelompok yang disebutnya sebagai "Hardline Islamic Groups" di Indonesia. Mereka takut umat Islam bersatu. Lembaga yang menyebut dirinya bekerja untuk mencegah konflik di dunia luas ini kerap kali malah memprovokasi konflik dan tak berpihak pada umat Islam.
Dalam laporan ICG berjudul "Indonesia: Implications of the Ahmadiyah Decree" yang dileluarkan pada 7 Juli 2008, mereka mengatakan terkait SKB Ahmadiyah bahwa kelompok-kelompok Islam telah menekan pemerintah dalam aksi besar ulama dan para Habib pada 9 Juni 2008 di depan Istana negara. Menurut laporan tersebut, ICG mengatakan bahwa lebih dari 200.000 umat Islam yang menuntut pembubaran Ahmadiyah menunjukkan kelompok Islam telah menggunakan teknik-teknik klasik advokasi masyarakat sipil untuk mempengaruhi kebijakan pemerintah.
ICG menjelaskan kelompok Islam telah menggunakan lobi-lobi yang sistematik untuk mempengaruhi birokrasi. Tidak hanya itu ICG juga menyalahkan Presiden SBY yang dituding telah memberikan dukungan terhadap MUI dalam menggolkan SKB Ahmadiyah. ICG tampaknya memprovokasi pertentangan pemerintah dan MUI.
"Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sejak tahun 2005 justru mengajak MUI untuk turut terlibat dalam pembuatan kebijakan-kebijakan pemerintahannya. Ini menjadi sangat berbahaya karena MUI dikuasai kalangan garis keras. Dan pemerintah, maaf, tidak cukup berani menghadapi mereka, dan tidak cukup berani untuk menegakkan nilai-nilai, demokrasi dan toleransi yang selama ini dianut bangsa Indonesia. Ini sangat mencemaskan masa depan Indonesia,” demikian ungkap John Virgoe, Direktur program ICG untuk urusan Asia Tenggara dalam laporan terbarunya.
Risau Pada Persatuan Ummat
Dalam laporannya ICG merisaukan meningkatnya pengaruh kelompok yang ditudingnya sebagai kelompok garis keras. Salah satu yang disoroti ICG adalah FUI (Forum Umat Islam) dan Hizbut Tahrir Indonesia. Menurutnya ICG, Hizbut Tahrir telah memperluas koalisinya beraktifitas bersama kelompok Islam lainnya di FUI (Forum Umat Islam) yang dibentuk tahun 2005.
Laporan itu menambahkan Forum Umat Islam dimana seorang aktifis senior HTI duduk menjabat sebagai sekretaris jenderal telah memimpin sejumlah demontrasi massa mendukung RUU anti pornografi, menentang aliran sesat, mendukung larangan terhadap Ahmadiyah dan menentang kenaikan harga BBM.
Kerjasama dan persatuan umat Islam dalam MUI dan FUI dikhawatirkan ICG. John Virgoe mengatakan perkembangan ini mengakhawatirkan karena kelompok garis keras berkerja dalam dalam level akar rumput (grassroot) dan level pemerintahan.
“Setelah merayakan kemenangan ini , mereka akan menuntut yang lain”, ujar John Virgoe
The International Crisis Group (ICG) adalah suatu organisasi non-pemerintah multinasional dengan lebih dari 130 pegawai tersebar di lima benua, yang bekerja melalui analisis lapangan dan advokasi bagi pencegahan dan resolusi konflik. Namun di dunia Muslim, ICG tidak lebih seperti agen-agen asing yang kerapkali mengeluarkan aprovokasi pencegahan atas kebangkitan Islam yang kini tengah tumbuh di dunia Muslim. ICG mendapatkan dukungan dana dari pemerintah, yayasan-yayasan amal, perusahaan-perusahaan, dan donor perorangan yang tiada lain para kapitalis, termasuk juga dari masyarakat Yahudi seperti Sarlo Foundation of the Jewish Community Endowment Fund. Staf mereka di Indonesia diantaranya Sidney Jones (Senior Adviser), John Virgoe (South East Asia Project Director), Rungrawee Chalermsripinyorat (Analyst), Mahlil Harahap (Office Manager), dan Eva Ratihandayani (Administrative and Finance Officer). Mereka tiada lain agen-agen asing.
[syabab.com]
No comments:
Post a Comment