Tuesday, October 28, 2008

Pemikiran Nyeleneh, Ah Anda Memang Jagonya!






Artikel saudara Ulil Abshar Abdallah (selanjutnya disingkat UAA) pada 7-01-2008 dengan judul “Doktrin-Doktrin Yang Kurang Perlu dalam Islam” dalam situs JIL adalah tidak mencengangkan. Memang demikianlah adanya saudara kita,UAA. Ia telah memposisikan dirinya (entah memang sengaja atau tidak) melawan arus apa yang sudah menjadi pemahaman umum umat Islam. Dalam artikelnya tersebut, UAA memberi 11 doktrin yang tidak perlu. Penulis hanya menyoroti poin ke-3 dari artikel UAA, karena poin ini sedang hangat terjadi di Indonesia, baik itu kasus Ahmad Musaddiq yang mengaku sebagai Nabi maupun kasus Lia Eden dan Ahmadiyyah.
Poin ketiga dari artikel UAA selengkapnya sebagai berikut: “Doktrin bahwa Nabi Muhammad adalah Nabi akhir zaman. Doktrin ini jelas “janggal” dan sama sekali menggelikan. Setiap agama, dengan caranya masing-masing, memandang dirinya sebagai “pamungkas”, dan nabi atau rasulnya sebagai pamungkas pula. Doktrin ini sama sekali kurang perlu. Apakah yang ditakutkan oleh umat Islam jika setelah Nabi Muhammad ada nabi atau rasul lagi?”
Membaca tulisan UAA di atas kita wajib beragumentasi dengan baik dan tidak perlu emosi hingga kita lepas kontrol. Kita wajib marah, namuh terkendali. Argumen untuk hal ini adalah apakah saudara UAA percaya dengan ayat ke-40 dari Surat Al Ahzab?
مَّاكَانَ مُحَمَّدٌ أَبَآ أَحَدٍ مِّن رِّجَالِكُمْ وَلَكِن
رَّسُولَ اللهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ
“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi”
Jika saudara UAA memiliki tafsir yang benar-benar jitu membantah isi dari ayat di atas maka itu adalah argumentasi yang “ilmiah” daripada sekedar “berkoar” di situs “kandang”-nya tetapi tidak dapat memberikan dasar argumentasinya tersebut.
Tidak ada tafsiran lain tentang ayat di atas bahwa ada Nabi lain setelah Nabi Muhammad SAW. Ayat ke-40 dari Al Ahzab termasuk ayat yang jelas dan tidak bermakna bersayap (ayat muhkamat). Jika saudara UAA memang beragumentasi bahwa ada boleh ada Nabi lain setelah Nabi Muhammad maka ayat di atas harus “dipatahkan” argumentasinya dengan ayat Al Qur’an pula atau dengan hadits yang Shahih. Jika saudara UAA tidak memiliki argumentasi dengan dukungan data-data ayat atau hadits maka perlu dipertanyakan akan metodologi keilmuannya akan hal ini. Saya yakin dan percaya saudara UAA memiliki ilmu yang banyak dan dapat dipertanggung jawabkan secara metodologi.
Tetapi meluncurkan argumentasi bahwa menggelikan jika tidak ada Nabi lagi setelah Nabi Muhammad tanpa data-data akurat, maka hal yang menggelikan selevel saudara UAA tidak memiliki dasar argumentasinya. Jika menganalisa pola pemikiran saudara UAA maka tidaklah mengejutkan jika saudara UAA tidak menerima kitab suci Al Qur’an sebagai kitab yang “steril dari pengkoreksian”. Mengapa demikian? Hal ini dikarenakan saudara UAA mereduksi atau menurunkan kesucian Al Qur’an dengan menyatakan bahwa Al Qur’an adalah kitab yang terbatas oleh ruang dan waktu. Dengan kalimat yang sederhana, Al Qur’an, seperti buku-buku lain, harus dikritisi dan dikoreksi (bila perlu) karena ia telah menjadi produk bersejarah.
Anda terkejut dan marah? Ah, kita tidak boleh terkejut dan marah bila kita teringat akan sabda Nabi bahwa nanti ada zaman di mana umat Islam akan mengikuti pola pemikiran dan hidup kaum Yahudi dan Nasrani selangkah demi selangkah hingga keluar dari Islam. Berganti agama? Tidak. Ia tetap beragama Islam statusnya secara lahiriyah, tetapi secara ruhaniyah ia telah berganti agama. Nama boleh jadi jati diri Islam; Abdullah, Muhammad, Abdur Rahman, dll., dan dalam KTP tercantum beragama Islam, tetapi pola pemikiran dan pola hidup telah menjadi gaya Yahudi dan Nasrani.
Apa yang terjadi pada saudara UAA persis apa yang terjadi dalam agama Nasrani. Timbulnya sekte Protestan (demikian orang Katolik menyebutnya) karena mereka mengkritisi kitab Injil dan kepasturan. Kitab Injil mereka kritisi dan mereka mengklaim harus ada pengkoreksian terhadap kitab suci ini. Tanpa disadari, mereka “menguliti, mengkritisi, mengkoreksi lalu memperbaiki kitab Injil dengan sistem “update”, tapi mereka tetap dalam agama tersebut. Artinya, mempertanyakan kesucian agama mereka melalui kitab suci sendiri tapi mereka tetap dalam agama tersebut yang menurutnya tidak suci lagi kitab sucinya! Aneh tapi nyata! Dan demikianlah UAA.
Mengkritisi Al Qur’an dengan mempertanyakan kesuciannya tetapi menggunakan Al Qur’an sebagai tameng bahwa ia masih berstatus agama Islam. Kalau boleh disebut UAA adalah “Protestian Islam”. Pemprotes masalash prinsipil dalam agama Islam tetapi tetap mengaku sebagai beragama Islam. Ah, tidak ada bedanya dengan kaum protestan dalam agama Nasrani. Namun, bukan berarti logika terbaliknya kita adalah kaum Katolik untuk hal ini. Kitab Injil dikritisi memang bermasalah dalam penyusunan dan penulisannya semenjak awal. Tidak demikian dengan Al Qur’an. Tetapi saudara UAA mengambil metodologi yang telah berlangsung di kaum Nasrani untuk diterapkan dalam agama Islam. Sungguh metodologi yang salah kaprah.
Berlainan obyek dan pisau tapi digunakan untuk obyek yang dianggap setara. Injil dan Al Qur’an berbeda tapi ingin menggunakan pisau yang sama. Artinya ingin membelah batu permata intan, tapi menggunakan pisau pemotong ayam. Kejadian yang ada adalah pisau patah tapi menyalahkan batu Intan yang terkenal keras dan padat! Metodologi salah tapi menyalahkan Al Qur’an yang menurut UAA yang tidak sesuai dengan pemikirannya sendiri.
Pola pemikiran hermeuneutik (pola pemikiran interpretasi ala Yunani) diterapkan untuk Al Qur’an, bukan pola pemikiran tafsir yang sudah baku. Kekacauan pola pikir lalu menyalahkan Al Qur’an. Ah, aya aya wae!Kalau boleh mengutip kalimat wapres Republik Mimpi kita, begitulah saudara kita UAA. Semoga Allah memberi hidayah untuk kembali ke jalan pemikiran yang lurus untuk saudara UAA. Dan hanya kepada Allah sajalah penulis memohon perlindungan dan pertolongan. Allahu Akbar!


3 comments:

Anonymous said...

Allahu Akhbar-Allahu Akhbar

RAHMANDZ said...

wah ternyata...

follow baliq ya bro

Anonymous said...

assalamualaikum ikhwan
berijtihadlah demi kejayaan Islam dalam jiwamu. dalami hakikat dari makna "jika seseorang berijtihad benar, maka Alloh kasih pahala dua, dan jika seseorang berijtihad salah, maka Alloh kasih pahala satu"
BERIKHSANLAH DALAM BEPIKIR, PERBANYAKLAH DALAM BERDZIKIR.
dari Machan Putih