Belanda barangkali satu-satunya negara yang menghalalkan pelacuran; sampai-sampai penyandang cacat berhak mendapat tunjangan dari negara untuk memanggil atau pergi ke pelacuran. Pekerja seks komersial (PSK) dianggap sebagai “pengusaha” yang harus mengikuti pendidikan resmi untuk menjadi pelacur. Mereka juga wajib memiliki nomor wajib pajak. Santo Agustinus menilai bahwa pelacuran adalah kebutuhan umum kaum pria dan ditaksir 16% pria pernah menggunakan jasa PSK.
Tarif PSK di Belanda sekitar €50 per 30 menit. Tarif mereka bisa berlipat tiga bila pelanggan tidak ingin menggunakan kondom. Angka pengali tersebut dianggap mewakili persentase kemungkinan terjangkit HIV. Pendek kata, harga satu menit versi PSK adalah Rp 15 ribu, atau Rp 45 ribu bila memasukkan unsur risiko terkena AIDS.
Mari kita bandingkan dengan profesi lain.
Gaji Tukul Arwana per episode (60 menit) sebesar Rp 3 juta atau setara Rp 50 ribu per menit. Seorang lawyer di Washington rata-rata memasang tarif $590 per jam atau sekitar Rp 89 ribu per menit. Konsultan McKinsey biasanya dibayar di atas $10,000 per hari (5 jam) per tim (3 orang). Jumlah ini setara dengan Rp 100 ribu per menit per orang — bisa lebih bila memasukkan bonus, benefit, dan lainnya.
Gaji David Beckham di LA Galaxy sekitar Rp 9 milyar per minggu atau Rp 880 ribu per menit. Gaji tersebut di luar endorsement dan merchandise fees yang jumlahnya berlipat gaji pokoknya. Sedangkan Paris Hilton memasang tarif $200 ribu untuk tampil di sebuah party selama 20 menit; atau setara dengan Rp 90 juta per menit.
Sementara Bill Gates, konon menghasilkan $250 tiap detiknya; atau setara Rp 135 juta per menit. Konon, kekayaannya belum akan habis kendati ia membelanjakan kurang dari $6,78 juta saban harinya.
Tapi, tetap saja tak ada yang mampu mengalahkan orang Jepang dalam hal efisiensi waktu.
Shinkansen N700 baru saja diperkenalkan di Jepang. Kereta mulut bebek ini bisa menembus 300 km/jam pada trek lurus dan 270 km/jam pada rel menikung radius 2500 meter. Kereta baru ini lebih cepat 20 km/jam dari generasi pendahulunya.
Dengan kereta ini, waktu tempuh dari Tokyo ke Osaka hanya memakan waktu 2 jam lebih 25 menit; atau 5 menit lebih cepat dari kereta terdahulu. Orang Jepang rela mengorbankan $2,1 milyar “hanya” untuk menghemat waktu 5 menit. Itu artinya, harga satu menit menurut orang Jepang setara dengan Rp 3,78 trilyun — hampir 30 ribu kali harga yang dibayar Bill Gates.
Riset saya menunjukkan butuh waktu setidaknya 9 jam untuk melahap 759 halaman buku Harry Potter — dengan asumsi mengabaikan aktivitas harian, menonton televisi, mengabaikan telepon, dan lainnya kecuali untuk urusan perut dan toilet. Dengan kemampuan manusia “normal” mungkin butuh waktu 24-48 jam untuk bisa khatam.
Dalam dunia ekonomi, uang bisa dijadikan tolak ukur tentang nilai waktu. Karena sifatnya yang teramat terbatas (hanya sepanjang usia manusia), waktu menjadi salah satu “komoditi” termahal yang tak tergantikan.
Andai saya seorang pelacur, maka membaca Harry Potter membuat saya kehilangan opportunity cost setidaknya sebesar Rp 8,1 juta. Andai saya seorang konsultan keuangan, Harry Potter bikin saya terancam kehilangan Rp 54 juta. Dan andai saya seorang Bill Gates, maka saya harus menangisi “lost” sebesar Rp 72,9 milyar. Angka yang tak bisa dibilang sedikit.
Memang benar, hitung-hitungan di atas bisa jadi meleset karena:
- Terdapat beberapa versi gaji dari subyek tersebut di atas, dan
- saya menghitung secara mencongak.
Namun, kalkulasi sederhana ini barangkali bisa sedikit membantu kita buat menghargai sesungguhnya nilai waktu dan belajar menyusun prioritas.
Ngomong-ngomong, berapa harga satu menit Anda?
No comments:
Post a Comment